WhatsApp CS-2 (+62 811 7622 223), CS-3 (+62 811 2877 766)

Wamen Diktisaintek Apresiasi Peran SCCR Indonesia dalam Riset dan Hilirisasi Produk

Semarang [19/02.2025] — Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Prof. Dr. Fauzan, M.Pd., menegaskan pentingnya peran institusi riset dalam memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Hal ini ia sampaikan dalam kunjungannya ke Stem Cell and Cancer Research (SCCR) Indonesia, di mana ia memberikan apresiasi atas kontribusi SCCR Indonesia dalam bidang penelitian dan inovasi kesehatan.

“Institusi pendidikan dan riset harus memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat sesuai dengan keahliannya. Indonesia memiliki lebih dari 4.000 perguruan tinggi, tetapi problematika sosial terus bertambah. SCCR Indonesia menjadi salah satu institusi yang memberikan solusi konkret dalam bidang kesehatan,” ujar Prof. Fauzan.

Stem Cell and Cancer Research (SCCR) Indonesia telah menghasilkan berbagai produk hilirisasi berbasis bioteknologi yang inovatif. Beberapa di antaranya adalah terapi stem cell, yang digunakan untuk regenerasi jaringan dan pengobatan berbagai penyakit degeneratif, serta Stem Cell’s Secretom, produk berbasis ekstrak sel punca yang berpotensi dalam terapi regeneratif. Selain itu, SCCR juga mengembangkan Cytotoxic T-Lymphocyte, yang berperan dalam imunoterapi kanker, Nano Alcaly Water, air alkali berteknologi nano untuk meningkatkan kesehatan seluler, serta Natural Bioactive Dietary Supplement, suplemen berbasis bahan alami yang mendukung kesehatan tubuh secara holistik. Produk lain seperti Dermanina Stem Cell Regenerative juga menjadi solusi dalam perawatan kulit berbasis regenerasi sel.

Terkait isu pemangkasan anggaran di berbagai kementerian, Prof. Fauzan menilai bahwa keberlanjutan riset tidak hanya bergantung pada pendanaan pemerintah, tetapi juga pada mekanisme kerja yang adaptif. Ia mencontohkan SCCR Indonesia sebagai institusi yang mampu bertahan dan berkembang secara mandiri.

“SCCR Indonesia telah membuktikan bahwa dengan atau tanpa anggaran riset dari kementerian, mereka tetap survive. Model kerja seperti ini perlu menjadi contoh bagi lembaga pendidikan dan riset lainnya,” tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Departemen Kanker SCCR Indonesia, Dr. dr. Sugeng Ibrahim, M.Biomed, AIFO-K, menyambut baik kehadiran Wamen Diktisaintek dan jajarannya, yang menurutnya menunjukkan komitmen negara dalam mendukung riset biologi molekuler di Indonesia.

“Kehadiran beliau menjadi bukti bahwa negara selalu hadir untuk mendukung anak bangsa dalam berbagai bidang, termasuk riset. Kami berharap dukungan ini akan menjaga eksistensi institusi ini agar terus berkembang dan memberikan manfaat bagi Indonesia,” ujar Dr. Sugeng.

Lebih lanjut, Wamen Diktisaintek juga menyoroti gagasan IKMB yang sedang bertransisi menjadi Universitas Agung Putra Indonesia, institusi pendidikan yang dimiliki dan dikelola oleh SCCR Indonesia ini berkomitmen mencetak ahli biomedis dan bioteknologi berskala internasional. Prof. Fauzan menilai perubahan ini strategis dan diharapkan dapat melahirkan generasi unggul di bidang sains dan teknologi.

“Kampus yang hadir belakangan harus memiliki ciri khas yang kuat. Kemandirian seperti ini yang kita harapkan dari institusi pendidikan di Indonesia,” tutup Prof. Fauzan.